Sabtu, 26 Desember 2015

STRATEGI PENGAMBILAN KEPUTUSAN DALAM ORGANISASI



Suatu keputusan tidak dapat terlepas dalam kehidupan kita sehari – hari, karena kita selalu dihadapkan pada hal tersebut. Keputusan itu bersifat dari yang sederhana sampai pada keputusan yang amat rumit dan sulit. Contoh yang sederhana, pada saat kita baru bangun tidurpun kita sudah dihadapkan pada situasi yang diharuskan kita untuk mengambil keputusan, apakah kita akan segera mandi atau duduk duduk dahulu dan membaca koran pagi.

Kebanyakan pengambilan keputusan oleh seseorang berhubungan erat dengan pemecahan masalah – masalah yang dihadapinya, seperti masalah pribadi, pekerjaan maupun sosial. Beberapa pokok pemikiran penting tentang pengambilan keputusan, yaitu : 
1. Pemecahan masalah oleh individu berkenaan dengan penggunaan strategi pencarian alternatif yang relevan. Individu biasanya berusaha meminimalkan hambatan melalui pemilihan strategi didalam memecahkan masalah
2. Perilaku pemecahan masalah bersifat adaptif. Individu mengawalinya dengan pemecahan yang tentatif, mencari informasi , memodifikasi solusi awal,dan melanjutkanya sampai terjadi keseimbangan antara harapan dan realisasi hasil.
3. Betapapun terbatasnya situasi pemecahan masalah, faktor kepribadian dan keinginan individu akan memasuki pilihan strategi, penggunaan informasi dan keputusan akhir.
Pada umumnya para individu cenderung menggunakan strategi yang sederhana, walau dalam masalah serumit apapun guna mendapatkan penyelesaian yang diinginkan, karena penyelesaian itu dibatasi oleh informasi yang kurang sempurna, faktor waktu dan biaya, keterbatasan pikiran dan tekanan psikologis yang dialami oleh pelaku pengambil keputusan.

KONDISI YANG MEMPENGARUHI KEPUTUSAN
Selain ketersediaan informasi yang sangat erat dengan hasil keputusan, juga hal – hal lain yang mempengaruhi kondisi tersebut dan perlu diperhatikan, Yaitu : 

1. Kondisi kepastian: Kondisi kepastian merupakan kondisi dimana pengambil keputusan mempunyai informasi yang lengkap mengenai masalah yang dihadapi, alternatip pemecahan masalah dan hasil yang mungkin diperoleh, sehingga pengambil keputusan dalam kondisi yang pasti, jika dirinya dapat mengontrol dan mengantisipasi sepenuhnya terhadap kejadian yang akan timbul.

2. Risiko : Risiko merupakan kondisi yang dapat diindentifikasi, didefinisikan, diprediksi kemungkinan terjadinya dan kemungkinan hasil dari setiap alternatif yang diambil, biasanya kondisi yang demikian itu timbul jika pengambil keputusan dalam keadaan keterbatasan informasi yang berkaitan dengan keputusan yang akan ditetapkanya, sebaliknya , suatu risiko tidak akan terjadi jika pengambil keputusan dapat merumuskan suatu kemungkinan secara obyektif.

3. Kondisi ketidak pastian: Merupakan kondisi dimana pengambil keputusan tidak memiliki informasi yang diperlukan dalam pengambil keputusan. Dalam hal yang demikian , pengambil keputusan juga tak mampu untuk menetapkan berbagai kemungkinan yang akan terjadi sebagai hasil dari pemilihan alternatif yang diambilnya. Karena keputusan yang diambil bersifat spekulatif, dan sering kali mengandalkan intuisi yang semata sebagai pedomanya.

PROSES PENGAMBILAN KEPUTUSAN
Kata proses pada dasarnya berkaitan dengan urutan langkah yang mengarah pada hasil tertentu, sehingga didalam proses pengambilan keputusan tidak akan terlepas dari :

1. intelligence ( penyelidikan ) :yaitu pencarian kondisi yang memerlukan keputusan

2. design ( rancangan ) : yaitu dengan pengembangan dan analisis terhadap berbagai kemungkinan tindakan, dan,

3. choice ( pemilihan ) : yang berkenaan dengan pemilihan tindakan yang sesungguhnya.

GAYA PENGAMBILAN KEPUTUSAN.
Perilaku seseorang akan mendekati dalam melaksanakan pengambilan keputusan. Gaya kepemimpinan dan gaya hidup adalah dua diantara contoh gaya yang mempengaruhi didalam mengambil keputusan. Seperti halnya gaya ( perilaku ) kepemimpinan yang ditampilkan oleh seseorang didalam melakukan pengambilan keputusanpun bermacam – macam. Menurut Carl Jung ( 1923 ) seorang psikolog telah mengindentifikasikan empat fungsi dalam kaitanya dengan pengambilan keputusan, Yaitu :

1. sensing ( pengideraan ) : berkaitan dengan tendensi untuk mencari fakta, bersifat realistis, dan melihat sesuatu dalam perspektif yang obyektif. Karenanya fungsi ini menempatkan nilai yang tinggi pada fakta yang dapat divertivikasi  oleh penggunaan pancaindera , menyukai rutinitas dan presisi.

2. intuiting ( intuisi ) : yaitu berkaitan dengan tendensi untuk mencoba menyingkap kemungkinan – kemungkinan baru guna mengubah cara menangani sesuatu. Menyukai situasi yang baru dan unik , tidak menyukai hal – hal yang bersifat rutin, detail dan presisi.

3. thinking ( pemikiran) : adalah tendensi untuk mencari hubungan sebab akibat yang sistematik untuk dianalisis secara utuh, dan membedakan dengan tegas antara yang benar dan yang salah, dan pemikiranya bertumpu pada proses kognitif.

4. feeling ( perasaan ) : yaitu tendensi untuk mempertimbangkan bagaimana perasaan diri sendiri dan orang lain sebagai akibat dari keputusan – keputusan yang dibuat, dalam hal ini ada perbedaan – perbedaan antara yang baik dan buruk, bernilai dan tak bernilai.dan ia menggantungkan diri pada proses afektif.

Contoh kasus :
Dalam suatu perusahaan yang bergerak dibidang jasa yaitu wedding organizer yang mengatur tentang dekorasi pernikahan , katering, tata rias pernikahan, dll. dalam suatu waktu terdapat acara pernikahan yang berdekatan harinya bahkan terdapat acara yang memiliki hari yang sama. Bagaimana strategi pengambilan keputusan yang akan dilakukan oleh wedding organizer tersebut  ?


Solusi :
Seharusnya wedding organizer tersebut dapat menjelaskan dan memberi arahan pada konsumen apakah hari pernikahan tersebut dapat dirubah jadwalnya atau bahkan wedding organizer menolak dengan sopan untuk tidak dapat menjadi W.O. dari acara pernikahan tersebut, namun apabila W.O. tersebut sudah yakin bahwa mereka mampu menjadi W.O. dari beberapa acara pernikahan tersebut mereka harus menyiapkan beberapa tim dalam perusahaannnya dan tim tersebut dibagi menjadi beberapa bagian mana yang harus mengurus acara pernikahan A,B,C,dst. Tentunya jika W.O. yang sanggup menangani beberapa acara dalam waktu sekaligus, dia harus memiliki kualitas yang baik, memiliki tim yang solid dan bertanggung jawab.

Analisis :
Strategi pengambilan keputusan dalam organisasi /perusahaan seperti contoh kasus diatas pada intinya adalah bagaimana cara pemimpin perusahaan beserta seluruh karyawan dalam menghadapi situasi seperti diatas mereka dapat mengambil solusi 2 cara, yaitu :

1. Menerima tawaran menjadi W.O. dalam waktu yang bersamaan dengan syarat bahwa mereka mampu bertanggung jawab , memberikan kepercayaan pada konsumen bahwa mereka dapat menjadi W.O. yang berkualitas baik, dengan mengarahkan seluruh timnya untuk dibagi menjadi beberapa tim, dan tentunya W.O. yang seperti ini sudah profesional.

2. Menolak tawaran menjadi W.O. dalam waktu bersamaan dengan alasan mereka tidak sanggup mengatur semua hal dalam acara pernikahan tersebut secara bersamaan, namun mereka tetap memberi solusi pada konsumen untuk merubah jadwal acara resepsi pernikahan (jika konsumen menyetujui), kalau tidak setuju maka mereka menjelaskan dengan kata yang sopan dan santun kepada konsumen bahwa mereka tidak bisa menjadi W.O. dalam waktu bersamaan.

Itu adalah salah satu contoh kasus perusahaan mengenai strategi pengambilan keputusan dalam organisasi. Pada intinya dalam mengambil keputusan seorang pemimpin harus memikirkan secara matang dan di musyawarahkan dengan para karyawan untuk keputusan yang terbaik untuk tujuan bersama.

Sumber dan Referensi :


C. DESAIN & STRUKTUR ORGANISASI



Desain dan struktur Organisasi merupakan faktor penting yang mempengaruhi perilaku individu dan kelompok-kelompok yang ada di dalam organisasi. Berbagai perubahan yang terjadi dalam manajemen dalam lingkungan bisnis global saat ini merupakan alasan utama desain dan struktur menjadi lebih diperhatikan.
Dalam konteks desain organisasi, Ivancevich (2008) mendefinisikannya sebagai proses penentuan keputusan untuk memilih alternatif kerangka kerja jabatan, proyek pekerjaan, dan departemen. Dengan demikian, keputusan atau tindakan-tindakan yang dipilih ini akan menghasilkan sebuah struktur organisasi. Sedangkan Struktur organisasi adalah bagaimana pekerjaan dibagi, dikelompokkan, dan dikoordinasikan secara formal.

1. Dimensi Struktur Organisasi
Empat desain keputusan (pembagian kerja, pendelegasian kewenangan, pembagian departemen, dan rentang kendali) menghasilkan struktur organisasi, Para peneliti dan praktisi manajemen berusaha untuk mengembangan pemahaman mengenai hubungan antar struktur dan kinerja, sikap, keefektifan, dan variabel lainnya.  Secara umum, gambaran mengenai struktur meliputi formalisasi, sentralisasi, dan kerumitan.
  1. Formalisasi mengacu derajat dimana segala harapan mengenai cara dan tujuan pekerjaan dirumuskan, ditulis dan diberlakukan. Suatu organisasi yang sangat formal, akan memuat prosedur dan aturan yang ketat dalam setiap kegiatan / pekerjaan di dalam organisasi. Dengan demikian, semakin formal suatu organisasi, maka semakin ketat pula aturan dan prosedur kerja. Formalisasi merupakan hasil dari spesialisasi kerja yang tinggi, pendelegasian kewenangan yang tinggi, pembagian departemen berdasarkan fungsi, dan luasnya rentang kendali.
  2. Sentralisasi merupakan dimensi struktur organisasi yang mengacu pada derajat dimana kewenangan untuk mengambil keputusan dikuasai oleh manajemen puncak. Hubungan sentralisasi dengan empat desain keputusan adalah sebagai berikut : Semakin tinggi spesialisasi kerja, semakin besar sentralisasi, Semakin sedikit kewenangan yang didelegasikan, semakin besar sentralisasi,  Semakin besar penggunaan departemen berdasarkan fungsi, semakin besar sentralisasi, Semakin luas rentang kendali, semakin besar sentralisasi
  3. Kerumitan (complexity) adalah suatu struktur organisasi yang mengacu pada jumlah pekerjaan atau unit yang berbeda dalam organisasi.
2. Departementalisasi
Departementalisasi adalah upaya mengelompokan aktivitas pekerjaan sehingga aktivitas-aktivitas dan hubungan yang serupa dan logis dapat diselenggarakan secara serempak. Pertimbangan manajerial yang penting dalam pembentukan departemen adalah dalam menentukan dasar-dasar pengelompokan pekerjaan atau pengertian adalah pembagian pabrik ke dalam bagian-bagian yang disebut departemen atau pusat biaya (cost center) yang dibebani dengan biaya overhead pabrik.
Dalam departementalisasi biaya overhead pabrik, tarif biaya overhead dihitung untuk setiap departemen produksi dengan dasar pembebanan yang mungkin berbeda diantara departemen-departemen produksi yang ada. Oleh karena itu departementalisasi biaya overhead pabrik memerlukan pembagian perusahaan ke dalam departemen-departemen untuk memudahkan pengumpulan biaya  overhead pabrik yang terjadi. Departemen-departemen inilah yang merupakan pusat-pusat biaya yang merupakan tempat ditandingkannya biaya dengan prestasi yang dihasilkan oleh departemen tersebut.
Lima dasar departementalisasi adalah: fungsional, proses, produk, pelanggan, dan georafi.
1.Lini Fungsional. Masing-masing departemen fungsional mengerjakan bagiannya terpisah dari keseluruhan perusahaan.
2.    Lini Proses. Masing-masing departemen proses mengerjakan bagiannya terpisah dari keseluruhan proses produksi.
3.    Lini Produk. Masing-masing departemen memproduksi dan menjual satu produk tertentu.
4.    Lini Pelanggan. Masing-masing dari departemen pelanggan memenuhi kebutuhan produk dan jasa konsumen tertentu.
5.    Lini geografis. Masing-masing departemen wilayah meproduksi dan menjadi produk di wilayah.

Macam departementasi yaitu:
a)    Departementasi Fungsional, mengelompokan fungsi yang sama atau kegiatan yang sejenis untuk membentuak satuan organisasi.
b)    Departementasi Devisional, dengan membagi divisi-divisi atas dasar:
1.    Struktur Organisasi Divisional atas dasar produk.
2.    Struktur Organisasi Divisional atas dasar wilayah.
3.    Struktur Organisasi Divisional atas dasar langganan.
4.    Struktur Organisasi Divisional atas dasar proses.
5.    Struktur Organisasi Divisional atas dasar alphanumerical.


3. Model-model desain organisasi
Model organisasi pada pembahasan ini adalah berdasarkan atas desain organisasi menurut (Gibson, et all, 1994) ada 2 macam model organisasi yaitu organisasi mekanistik dan organisasi organik,sedangkan untuk teori organisasi ada 3 macam yaitu teori structural klasik, teori transisional dan teori mutakhir.

 
1. Model organisasi mekanistik
        Yaitu model yang menekankan pentingnya mencapai produksi dan efisiensi tingkat tinggi. Henry Fayol mengajukan sejumlah prinsip yang berkaitan dengan fungi pimpinan untuk mengorganisasi dan empat diantaranya berhubungan dengan pemahaman model mekanistik yaitu:
- Prinsip Spesialisasi yaitu merupakan sarana terbaik untuk mendayagunakan tenaga individu dan kelompok.
Prinsip Kesatuan Arah yaitu semua pekerjaan harus dikelompokkan berdasarkan keahlian.
- Prinsip Wewenang dan Tanggung jawab yaitu manager harus mendapat pendelegasian wewenang yang cukup untuk melaksanakan tanggung jawab yang dibebankan kepadanya.
- Prinsip Rantai Skalar yaitu hasil alami dari pelaksanaan ketiga prinsip sebelumnya adalah rantai tingkatan manajer dari peringkat wewenang paling tinggi sampai dengan peringkat paling rendah. Rantai scalar adalah jalur keseluruhan komunikasi vertical dalam sebuah organisasi. model mekanistik mencapai tingkat produksi dan efisiensi yang tinggi dengan karakteristik : Sangat kompleks karena menekankan pada spesialisasi tenaga kerja. Sangat tersentralisasi karena menekankan pada wewenang dan tanggung gugat (accountability).Sangat formal karena menekankan pada fungsi sebagai dasar departemen.

 
2. Model Organik
      Yaitu menekankan pada pentingnya mencapai keadaptasian dan perkembangan tingkat tinggi. Desain organisasi ini kurang mengandalkan peraturan dan prosedur, wewenang yang disentralisasikan atau spesialisas yang tinggi. Model organik desain organisasi merupakan kontars dari model mekanistik. Karakteristik dan praktek organisasi yang mendasari model organik sama sekali berbeda dari karakteristik dan praktek yang mendasari model mekanistik. Perbedaan yang paling mencolok antara kedua model itu berasal dari criteria keefektifan yang berbeda yang ingin diusahakan sebesar-besarnya oleh masing-masing model. Jika model mekanistik berusaha untuk mencapai efisiensi dan produksi secara maksimum, maka model organik berusaha untuk mencapai keluwesan dan keadaptasian yang maksimum. Organisasi organik bersifat luwes dan dapat beradaptasi dengan tuntutan perubahan lingkungan karena desain organisasinya mendorong untuk lebih mendayagunakan potensi manusia.



Sumber dan Referensi :

 

TUGAS 2 - BAHASA INGGRIS BISNIS 2

Motivation letter for Master Program in Computer Science at Columbia University, New York City Attention: Graduate Selection Commit...